Kenali No Buy Challenge, Tren Hemat yang Diminati Berbagai Kalangan


Jakarta – Kesadaran untuk mengendalikan konsumsi berlebihan semakin meningkat di kalangan masyarakat Indonesia. Gerakan No Buy Challenge, yang menantang individu untuk tidak membeli barang yang tidak diperlukan, mendapat respons positif dari berbagai lapisan sosial ekonomi.

Hal itu terungkap dalam survei yang dilakukan oleh Snapchat terhadap lebih dari 1.200 responden.

Head of Deposit & Wealth Management UOB Indonesia, Vera Margaret, mengungkapkan bahwa semakin banyak masyarakat yang memahami pentingnya mengatur pengeluaran dengan lebih bijak.

“Berdasarkan survei, 62 persen responden tahu tentang No Buy Challenge, dan dari angka itu, 68 persen menyatakan ikut berpartisipasi,” ujarnya dalam acara Media Literacy Circle di Jakarta, Selasa, 11 Maret 2025.

Baca juga: Tantangan Ekonomi di Depan Mata, Dirut Bank Sumut Yakin Indonesia Bisa Maju

Menariknya, kesadaran ini tidak hanya muncul di kelompok ekonomi menengah ke bawah, tetapi juga di kalangan atas.

“Sebelumnya ada anggapan bahwa No Buy Challenge lebih relevan bagi masyarakat dengan kelas sosial lebih rendah. Tapi survei ini menunjukkan bahwa dari kelas bawah, menengah, hingga atas, semua sepakat bahwa gerakan ini penting,” tambah Vera.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), masyarakat dengan pengeluaran bulanan di bawah Rp583 ribu per orang masuk kategori miskin. Sementara itu, kelompok menengah memiliki pengeluaran berkisar Rp2 juta hingga kurang dari Rp10 juta, sedangkan kelas atas mencakup mereka yang menghabiskan lebih dari Rp10 juta per bulan per orang.

Membangun Kebiasaan Finansial yang Lebih Sehat

Terlepas dari perbedaan kelas sosial, mayoritas masyarakat sepakat bahwa pengelolaan keuangan yang bijak sangat penting.

“Terlepas dari kelas sosialnya, semua setuju bahwa kita harus lebih bijak dalam belanja. Tidak perlu jajan kalau sudah makan siang, dan tidak membeli barang yang tidak perlu,” jelas Vera.

Baca juga: BPS: Impor Indonesia Turun 15,18 Persen pada Januari 2025

Dengan angka partisipasi yang mencapai lebih dari 65 persen, gerakan ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya mengelola keuangan dengan lebih sehat.

No Buy Challenge bukan hanya tentang menekan pengeluaran, tetapi juga membangun kebiasaan finansial yang lebih baik untuk masa depan,” pungka Vera. (*) Alfi Salima Puteri



Source link

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top