Kolaborasi Peritel Modern dan Pelaku UMKM Jadi Kunci Hadapi Serbuan Produk Impor


Poin Penting

  • Alfamart, Indomaret, dan Borma Group menegaskan komitmen tumbuh bersama UMKM melalui kemitraan strategis dalam ajang Road to Hari Ritel Nasional 2025 yang digelar Aprindo.
  • Ritel modern membuka akses pasar dan pendampingan bagi UMKM—mulai dari pemasok lokal, tenant usaha, hingga toko digital.
  • Kolaborasi ritel dan UMKM dinilai sebagai langkah proteksi ekonomi, memperkuat dominasi produk lokal di pasar domestik, sekaligus mendorong kemandirian pelaku usaha kecil.

Jakarta – Peritel modern Indonesia terus mendorong kolaborasi untuk mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) naik kelas. Kolaborasi semakin penting bagi UMKM di tengah serbuan produk impor dan tren perdagangan digital.

Hal itu mengemuka dalam Seminar Nasional bagian dari Road to Hari Ritel Nasional 2025 yang digelar Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) di Jakarta, 4-6 November 2025.

Dalam sesi bertajuk “Ritel Indonesia Bersanding, Bukan Bersaing dengan UMKM”, tiga jaringan ritel besar nasional dan lokal, yakni Alfamart, Indomaret, dan Borma Group, menegaskan komitmennya untuk tumbuh bersama pelaku UMKM.

Rani Wijaya, Corporate Communications General Manager PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart), menegaskan, keberpihakan pada UMKM bukan sekadar tanggung jawab sosial, tetapi strategi ketahanan ekonomi bangsa.

Baca juga: Anak Usaha Erajaya Bicara Soal Peluang IPO

“Semakin kuat produk UMKM lokal mendominasi pasar domestik, semakin kecil peluang produk asing menguasai Indonesia. Maka kemitraan ritel dan UMKM sesungguhnya adalah bentuk proteksi ekonomi nasional,” kata Rani.

Alfamart sendiri, lanjut Rani, sejak awal berdiri 26 tahun lalu tidak hanya berorientasi pada ekspansi bisnis, tapi juga pemberdayaan UMKM.

Melalui program #TumbuhBersamaAlfamart, perseroan membangun tiga ekosistem kemitraan utama. Pertama, UMKM sebagai pemasok lokal. Ribuan produk lokal masuk ke rak-rak Alfamart di seluruh Indonesia. Kedua, pemberdayaan UMKM tenant. Lebih dari 12 ribu pelaku usaha memanfaatkan area Alfamart dengan tarif terjangkau, termasuk fasilitas perlindungan usaha dari risiko kebakaran dan bencana.

Ketiga, UMKM Store Owner Alfamind sebagai wadah bagi wirausaha digital untuk memiliki toko virtual dengan pelatihan gratis dan sistem mentoring bisnis.

Rani menegaskan, sinergi ritel dan UMKM bukan sekadar kemitraan ekonomi, tapi win–win partnership yang berorientasi pada peningkatan daya saing dan pemerataan kesejahteraan.

“Sinergi itu artinya saling tumbuh. Produk lokal yang berkualitas dan siap bersaing akan kami bantu memperluas akses pasarnya,” tegasnya.

Sementara, dari sisi teknis, Faris Huda, Marketing Microeconomics Manager PT Indomarco Prismatama (Indomaret), menjelaskan bahwa pintu ritel modern selalu terbuka bagi UMKM, selama produk yang diajukan memenuhi standar pasar.

“Kami terbuka bagi semua pelaku UMKM, namun tiga hal ini wajib dijaga. Kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Itulah yang menentukan keberlanjutan kerja sama di pasar modern,” jelasnya.

Indomaret, lanjut Faris, terus memberikan bimbingan kepada calon pemasok UMKM agar memahami aspek penting sebelum masuk pasar modern. Mulai dari kemasan yang higienis dan menarik, legalitas usaha, hingga kemampuan menjaga pasokan stabil.

“Banyak UMKM berhenti di tengah jalan karena tidak bisa memenuhi konsistensi pasokan. Kami ingin membantu mereka bertahan lebih lama, bukan sekadar masuk sesaat,” timpalnya.

Indomaret juga mendorong UMKM untuk memahami mekanisme distribusi nasional. Melalui sistem Distribution Center (DC) dan pendampingan teknis, produk lokal berpeluang menembus ribuan gerai di seluruh Indonesia.

Adapun FX. Yudi, Head Administrator Borma Group, memaparkan bagaimana ritel lokal bisa menjadi tulang punggung UMKM di daerah.

“Borma lahir dari toko kelontong kecil di Bandung. Kami tahu bagaimana rasanya menjadi pelaku UMKM. Karena itu, kami membuka Pojok UMKM Lokal di setiap gerai tanpa biaya tambahan. UMKM bisa memajang produk mereka dan belajar langsung dari sistem ritel modern,” terangnya.

Baca juga: Lewat Cara Ini, OJK Perluas Akses Keuangan Syariah untuk UMKM

Borma memastikan kemitraan berjalan proporsional. Jumlah gerai yang dipasok disesuaikan dengan kemampuan produksi UMKM agar tetap stabil dan tidak terbebani.

“Kami ingin mereka naik kelas perlahan tapi pasti. Tidak perlu langsung nasional, yang penting bertumbuh berkelanjutan,” timpalnya.

Dengan kolaborasi, peritel modern sepakat menjalankan peran ganda, yakni sebagai penggerak ekonomi nasional dan pendamping UMKM menuju kemandirian.

Sebelumnya, dalam Business Matching Road to HRN 2025, lebih dari 70 UMKM hasil kurasi Aprindo bertemu langsung dengan peritel anggota asosiasi, menjajaki kerja sama pasokan dan pemasaran produk lokal di jaringan ritel modern.

“Ritel modern bukan pesaing, melainkan mitra strategis bagi UMKM. Semakin banyak kolaborasi seperti ini, semakin kuat struktur ekonomi nasional kita,” tegas Solihin, Ketua Umum Aprindo. (*) Ari Astriawan



Source link

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top