Poin Penting
- Maybank Indonesia perketat pertahanan siber dengan menerapkan sistem monitoring berlapis untuk early detection dan early protection terhadap potensi serangan siber,
- Audit dan pengujian keamanan dilakukan rutin, termasuk tes penetrasi berkala untuk memastikan sistem IT tetap aman, sejalan dengan penerapan Undang-Undang PDP.
- Masyarakat diimbau waspada social engineering, karena kasus pemberian OTP, password, dan data sensitif masih sering terjadi.
Jakarta – Serangan siber makin masif menyasar industri keuangan. Tak hanya merugikan secara materil, tapi juga memikis kepercayaan masyarakat terhadap industri keuangan, khususnya perbankan.
Fenomena ini juga mendapatkan perhatian serius dari PT Bank Maybank Indonesia Tbk. Bambang Andri Irawan, Direktur IT & Digital Maybank Indonesia, menjelaskan pihaknya menerapkan lapisan pertahanan berlapis di ranah siber.
“Kami punya berbagai monitoring yang memungkinkan kita untuk early detect. kami bisa early detect seandainya ada sinyal adanya serangan siber. Dan kita bisa melakukan early protection juga, untuk menghindari dampak yang lebih luas,” terangnya pada Kamis, 4 Desember 2025.
Baca juga: Transaksi M2U Milik Maybank Tumbuh 23,4 Persen di September 2025
Misalnya, kata Bambang, untuk aplikasi milik perseroan Maybank2U (M2U). Dari tiap tahapan penggunaan, mulai dari masuk ke aplikasi, mengecek saldo, sampai dengan transfer, diawasi dengan ketat oleh perseroan.
Selain itu, Bambang juga berujar audit keamanan dilaksanakan secara berkala. Maybank Indonesia kerap melakukan tes penetrasi untuk memastikan sistem IT perusahaan terjaga dengan baik.
“Dan termasuk salah satu persennya adalah keamanan data. Karena, seperti yang kita tahu, Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (PDP) kan sudah berlaku ya sejak 2024. Jadi kita, we take it this very seriously,” lanjut Bambang.
Baca juga: Kena Serangan Siber, Clipan Finance Pulihkan Sistem Operasional Secara Realtime
Senada, Charles Budiman, Head Digital Banking Maybank Indonesia, menjelaskan pihaknya akan selalu memantau tren serangan siber yang terjadi. Hal ini guna memastikan perseroan siap dalam mengadang potensi serangan.
Charles juga mengimbau masyarakat terhadap bahaya social engineering. Menurutnya, peristiwa macam pemberian kode OTP, password aplikasi, dan informasi sensitif lainnya, masih banyak ditemukan pada nasabah Maybank Indonesia.
“Karena kejadiannya membuat kita bisa terbawa untuk memberikan itu (informasi sensitif). Apalagi kalau orangnya sudah canggih banget. Kita harus berhati-hati,” tegasnya. (*) Mohammad Adrianto Sukarso


