Poin Penting
- Kenaikan suku bunga deposito valas tengah diwacanakan untuk menarik likuiditas ke dalam negeri, namun berpotensi meningkatkan Cost of Fund (CoF) dan menekan NIM bank-bank devisa.
- BWS telah mengamankan pendanaan USD500 juta dari induk sebelum wacana kenaikan suku bunga, memberi keunggulan likuiditas dan menjaga daya saing suku bunga.
- Kinerja BWS solid, terbukti NIM naik menjadi 3,29 persen pada Semester I-2025, didorong penurunan beban bunga 4,86 persen di tengah tekanan margin industri perbankan.
Jakarta – Di tengah adanya wacana perbankan untuk menaikkan suku bunga deposito valas pada November 2025, kinerja bank-bank devisa cukup menjadi sorotan.
Wacana untuk menaikkan suku bunga deposito valas digulirkan di tengah upaya untuk menarik likuiditas valas ke dalam negeri.
Namun, pengamat menyoroti akan adanya potensi peningkatan biaya atas dana atau Cost of Fund (CoF) yang bisa menggerus marjin bunga bersih (NIM).
Bank-bank devisa yang juga memfasilitasi funding dan lending dalam bentuk valas hingga transaksi kurs asing menjadi sorotan karena juga harus mengatur suku bunga valas mereka untuk menjadi kompetitif.
Apalagi bank-bank yang berencana untuk menaikkan suku bunga valas adalah mereka yang memiliki skala besar dan dengan kemampuan menghimpun dana masyarakat dengan baik.
Baca juga: Dua Sektor Saham Ini Bisa Jadi Pilihan di Tengah Aksi Profit Taking Saham Konglo
Analis melihat bahwa dalam kondisi seperti sekarang ini bank-bank devisa tidak bisa serta merta hanya fokus pada mengatur pricing dari suku bunga tetapi juga melakukan diversifikasi pendanaan.
Salah satu contoh kasus adalah Bank Woori Saudara (BWS). Bank asal Negeri Ginseng tersebut di tahun 2025 telah mengamankan pendanaan dari induk sebagai sumber diversifikasi likuiditas sebesar USD500 juta.
Dengan preseden ini BWS mendapatkan keunggulan kompetitif dibandingkan dengan bank-bank devisa lain yang berada di kelasnya yaitu KBMI II.
“Selain menambah likuiditas, pendanaan dari induk juga menunjukkan penguatan sinergi dan dampak terhadap CoF tentu diharapkan menjadi lebih manageable ketika persaingan menghimpun dana dari masyarakat semakin ketat” ujar analis dari Phintraco Sekuritas, Aditya Prayoga, Sabtu (18/9)
Di sisi lain, dia juga melihat portofolio Dana Pihak Ketiga (DPK) valas yang dimiliki BWS berada di level yang sehat. Dari total DPK BWS per Juni 2025 sebesar Rp26,8 triliun sebanyak 27 persen dalam bentuk valuta asing berdenominasi USD atau setara Rp7,2 triliun.
“Tambahan likuiditas dari induk dalam bentuk valas ini jauh lebih dahulu diamankan sebelum wacana peningkatan suku bunga deposito valas digulirkan sehingga secara rate diharapkan tidak akan sampai menekan NIM” ujarnya.
Baca juga: Perkuat Likuiditas, BWS Raih Pendanaan USD500 Juta dari Woori Bank
Untuk diketahui, BWS menjadi salah satu bank dari KBMI II yang mampu meningkatkan NIM ketika industri perbankan bahkan bank-bank berskala besar mengalami penurunan marjin bunga bersih di Semester I 2025.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, anak usaha Woori Bank Korea ini mencatat pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 4,1 persen menjadi Rp871,02 miliar.
Peningkatan ini didorong oleh penurunan beban bunga sebesar 4,86 persen, meskipun pendapatan bunga secara keseluruhan relatif stagnan di kisaran Rp1.985,76 miliar. Oleh sebab itu NIM naik menjadi 3,29 persen pada semester I-2025. (*) DW